Pertanggungjawaban Dewan Juri

Lomba Cipta Puisi Nasional 2021

#bulanbahasamenulispuisi

“Tema Bebas”

Laman sastra sutera.id dan klub kajian sastra “jurnulistik”, untuk pertama kalinya menggelar Lomba Cipta Puisi Nasional 2021. Lomba ini digagas jauh-jauh waktu sebelumnya, dengan harapan dapat terselenggara tanpa membebani peserta dengan uang pendaftaran. Namun, dari beberapa instansi, baik yang terafiliasi dengan pemerintah maupun swasta, belum dapat memberikan support, maka dengan berat hati, lomba ini pun akhirnya diselenggarakan dengan memungut pendaftaran dari peserta.

Adapun format yang kami pilih untuk perlombaan ini, bukan berdasarkan peringkat sebagaimana lomba pada umumnya. Akan tetapi, dengan memilih 50 karya untuk diterbitkan dalam buku antologi bersama, yang kemudian dari 50 karya tersebut, kami tentukan 3 (tiga) karya puisi terbaik, 3 (tiga) karya puisi terpuji, dan 4 (empat) karya puisi teruji, untuk kami apresiasi dengan memberikan hadiah, sesuai tertera pada pengumuman lomba. Alasan Dewan Juri dan panitia, tidak diadakan pemeringkatan, sebab kompetisi karya sastra, tidak dapat dinilai secara kalkulatif. Sebab, banyak kemungkinan yang bisa jadi unggul di satu sisi, namun ternyata tertadapat kelemahan di sisi lainnya. Dan itu sebuah keniscayaan.

Panitia memberikan rentang waktu, antara 20 September 2021 sampai dengan 24 Oktober 2021 untuk penyelenggaraan lomba ini. Dan dalam rentang waktu itu, secara bertahap, setiap dua minggu, panitia menyerahkan naskah yang sudah masuk kepada para juri, untuk melakukan penilaian. Karena lomba ini menitikberatkan pada bobot karya, maka panitia memberi penomoran terhadap karya yang masuk, sehingga ketiga juri tidak mengetahui nama penulis karya tersebut.

Untuk mempermudah kerja penilaian, Dewan Juri menetapkan dahulu kriteria penilaiannya, dengan tujuan, agar Dewan Juri dapat melakukan penilaian secara objektif, tidak didasari oleh sikap apriori dan suka—tidak suka, untuk menghindari subjektivitas yang berkaitan dengan faktor di luar teks, dan membiarkan teks puisi terbaca tanpa dibeban. Akhirnya, kriteria penilaian yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Keterbacaan (legibilitas); (2) Kepaduan (koherensi terhadap tema yang dipilih); (3) Kebaruan (inovasi); dan (4) Keaslian (orinalitas).

Total keseluruhan karya yang kami terima sebanyak 281 karya dari total 197 peserta. Ada 3 peserta dan 5 karya yang tidak lolos seleksi administrasi. Sehingga menyisakan 276 karya dan 194 peserta. Pada tahap awal, Dewan Juri menilai 120 puisi yang masuk pada paruh bulan pertama, sejak dikeluarkannya pengumuman. Dan pada akhir perlombaan ditutup, Dewan Juri harus kembali melakukan penilaian 156 puisi.

Setelah proses penjurian, ada sekitar 100 puisi, dengan nilai teratas, yang harus kami pilih kembali untuk menentukan 50 puisi yang akan diterbitkan dalam buku antologi puisi. Dan ternyata, untuk menentukan 50 puisi tersebut, bukanlah hal yang mudah. Sebab, 100 puisi yang akan kami pilih tersebut, bisa dikatakan cukup matang, baik secara teknis maupun eskplorasi. Sehingga kami melakukan pembacaan secara berulang-ulang, barulah kemudian kami dapat memilih 50 puisi (bukan 50 penulis), sebagai berikut:

  1. A.Warits Rovi  Zikir (Penunggang Sapi Karapan)
  2. Agus Takariyanto (Bait Kelebat Indonesia Raya)
  3. Ahmad Siddiq Putra Yuda (Eksploit Organ Dalam)
  4. Arnis Silvia (Melepaskan)
  5. Atika Tegar Imawati (Yang Memaksamu)
  6. Beri Hanna (Surat Bpatah dan Nasib Batu)
  7. Budianto Sutrisno (Penari Hujan dari Dusun Karangtelatah)
  8. Dadang Ari Murtono (Seperti Ramaparasu)
  9. Daviatul Umam (Interval)
  10. Daviatul Umam (Balik ke Bilik Pintu)
  11. Dwi Aji Prajoko (Malin Kundang)
  12. Ebi Langkung   (Tanaman Tahun)
  13. Ebi Langkung   (Empat Sehat Lima Puisi)
  14. Eko Ragil Ar-Rahman   (Kapatcir, Tenung Sebuah Masa Kecil)
  15. Fajar Satriyo (Kala Senja)
  16. Fathin Rahma Fawwaza (Relasi Fatamorgana)
  17. Gabriel Kristiawan S.    (Memadu Ombak)
  18. Grace Christine (Bagi Puisi-Puisi Sapardi yang Belum Selesai Kubaca Sementara Tulisanku Menjelma Air Mata)
  19. Ian Hasan (Hikayat Mimpi)
  20. Ibrahim Rasyid Zamzami (Parade Musim Kematian)
  21. Iesti K.M (Cruentation)
  22. Iesti K.M (Oculus)
  23. Ika Yuni Purnama (Odysseus)
  24. Ilham Nuryadi Akbar    (Elegi Tanah Rencong)
  25. Mugi Anggari (Serenade Ganja)
  26. M. Asqalani eNeSTe    (Setetes Kalbu, Sungai Sedalam Kalbu)
  27. M. Asqalani eNeSTe    (Konfesi Gelap Terang)
  28. M. Tajuddin (Kitab Sungai, Ibu)
  29. M. Tajuddin (Pisau yang Tak Lelah)
  30. M. Tajuddin (Aku Ingin Menjelma Burung yang Lain)
  31. Narendra Brahmantyo  (Tragedi Empat Babak)
  32. Ni Wayan Kristina (Tungku Merah Bata)
  33. Ni Wayan Kristina (Puan Karang)
  34. Pusvi Defi (Hikayat Tubuh Sapi Karapan)
  35. Raihan Arief Wicaksana (Kelu)
  36. Raihan Arief Wicaksana (Kedai Biru)
  37. Rainy Senja (Dwi Aulia Anggraini) (Surat Kabar Anak Kecil)
  38. Romzul Falah    (Tiga Impian dalam Kepalamu)
  39. Sami’an Adib   (Hoaks)
  40. Silvi Restu Suseno (Raib)
  41. Suhandayana (Menulisi Lidahmu)
  42. Suhandayana (Manakah Kosong)
  43. Syamsul Falah  (Dasar Jakarta!)
  44. S. Mandah Syakiroh (Di Kotaku Matahari)
  45. Trybuana Tunggal Dewi Rahmadan (Riwayat Sakit Kalender)
  46. Trybuana Tunggal Dewi Rahmadan       (Membaca Rambu Dini Hari)
  47. Trybuana Tunggal Dewi Rahmadan       (Migrasi Kenangan)
  48. Yuditeha (Sajak Peralihan)
  49. Yuditeha (Satria yang Lain)
  50. Yusril Ihza F.A (Tiang Gantungan Seorang Penyair)

Ternyata, dalam diskusi daring pertama, untuk menentukan 10 puisi untuk kami beri apresiasi, tidaklah mudah. Sehingga, memberi kesempatan Dewan Juri mengevaluasi ulang, melakukan penilaian kembali sambil mencari kemungkinan lain yang dapat disepakati bersama. Untuk menentukan 3 (tiga) puisi terbaik, 3 (tiga) puisi terpuji, dan 3 (tiga) puisi teruji, Dewan Juri baru mencapai kata sepakat, setelah diskusi daring kedua, dengan menetapkan nama-nama berikut:

3 Terbaik:

– Ahmad Siddiq Putra Yuda – (Eksploit Organ Dalam)

– M Tajudin  – (Pisau yang Tak Lelah)

– Yusril Ihza FA  – (Tiang Gantungan Seorang Penyair)

3 Terpuji:

– Iesti KM – (Oculus)

– Trybuada Tunggal Dewi Rahmadan – (Migrasi Kenangan)

– Yuditeha  –  (Satria yang Lain)

4 Puisi Teruji:

A Warist Rovi (Madura) – Dzikir Penunggang Sapi Karapan

Dadang Ari Murtono (Surabaya)- Seperti Ramaparasu

Muhammad Asqalani eNeSTe (Pekanbaru) – Setetes Madu, Sungai Sedalam Kalbu

Ni Wayan Kristina (Bali)- Tungku Merah Bata

Demikianlah keputusan Dewan Juri Lomba Puisi Tingkat Nasional 2021, yang diselenggarakan oleh sutera.id dan klub kajian sastra jurnulistik.

Jember, 28 Oktober 2021

Dewan Juri

Mahwi Air Tawar (Ketua merangkap Anggota)

Ali Ibnu Anwar (Anggota)

Muhammad Lefand (Anggota)