Bray, sebelum semuanya menjadi kusut, izinkan saya untuk memberikan penafian terlebih dahulu. Tulisan ini ditujukan bukan untuk melarang Anda membaca novel saat berpuasa. Hanya sekadar mengimbau. Diikuti boleh. Tidak pun juga tidak apa-apa. Semua pilihan ada di tangan Anda, Bray. Kalau sepakat, mari kita lanjutkan.
Dalam mengisi waktu ketika berpuasa, membaca menjadi salah satu pilihan yang baik untuk dilakukan—tentu saja setelah melaksanakan ibadah-ibadah sunah. Pilihan membaca menjadi baik karena selain fungsinya yang entah untuk mencari manfaat atau pun (sekadar) mencari hiburan, membaca juga bisa memangkas waktu tanpa terasa.
Namun demikian, kebijaksanaan dalam memilih bacaan ketika berpuasa menjadi hal yang penting. Pasalnya, ketika berpuasa, ada batasan-batasan yang tidak boleh dilakukan. Mau bagimana lagi, Bray? Ketika berpuasa, ada beberapa hal ‘halal’ yang berubah menjadi ‘haram’. Dan yang haram akan tetap haram, bukan? Berangkat dari kondisi demikianlah, judul tulisan ini dibuat. Tanpa berlama-lama, berikut daftar dan alasannya.

Novel ini ditulis oleh Han Kang, pengarang dari Korea Selatan. Pada tahun 2016 menjadi pemenang Man Booker International Prize. Setahun kemudian diterbitkan di Indonesia oleh Penerbit Baca setelah diterjemahkan oleh Dwita Rizkia.
Ada beberapa peristiwa di dalam novel ini yang mungkin akan membangkitkan fantasi pembaca dan tidak cocok muncul ketika sedang berpuasa—setelah berpuasa, hak Anda untuk menilai cocok atau tidaknya. Salah satu contohnya ialah saat Kim Yeong Hyo menjadi model yang dilukis seluruh tubuhnya dan direkam. Detailnya peristiwa yang dihadirkan membuat pembaca akan mendapat gambaran jelas bagaimana adegan itu berjalan.
Masih ada beberapa peristiwa yang serupa. Namun, ketimbang memberikan bocoran di sini, sebaiknya langsung saja membaca novel ini ketika sedang tidak berpuasa. Saya takut Anda bukanlah pembaca yang senang diberikan bocoran.
Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi

Novel ini ditulis dengan jenaka oleh Yusi Avianto Pareanom dan diterbitkan oleh Penerbit Banana pada tahun 2016. Di tahun yang sama, novel ini menyabet tiga penghargaan sekaligus: Prosa Terbaik Kusala Sastra Khatulistiwa, Prosa Pilihan Tempo, dan Fiksi Terbaik Rolling Stone Indonesia.
Novel ini sedikit berbahaya ketika Anda membacanya dalam keadaan lapar. Sungu Lembu pandai betul mendeskripsikan masakan entah buatan Loki Tua maupun dari masakan lainnya. Belum lagi, bagaimana ia membayangkan daging hasil curian Raden Mandasia jika dimasak—sangat bisa membuat liur meleleh. Kalau coba-coba membacanya ketika berpuasa, maka ini akan menjadi ujian yang berat.
Pembacaan Novel Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi
Tidak hanya itu. Jangan lupakan godaan dari Nyai Manggis. Memikirkannya saja saya sudah gemetar. Bacalah ketika lepas magrib dan buktikan gagasan saya.

Ditulis oleh pengarang dari Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tidak lain dan tidak bukan ialah Felix K. Nesi. Naskah novel ini meraih Pemenang Pertama Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 2018. Tahun berikutnya, Marjin Kiri menerbitkan novel ini. Sempat masuk daftar pendek kategori prosa Kusala Sastra Khatulistiwa 2020, di tahun 2021 Orang-Orang Oetimu menerima Penghargaan Sastra Kemdikbudristek Kategori Novel yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra.
Berbicara tentang Orang-Orang Oetimu, ada banyak kompleksitas masalah yang bertebaran dan dikupas perlahan dari bab per bab. Pembaca akan mendapatkan cakrawala tentang sejarah NTT dengan segala problematikanya dengan balutan cerita yang segar.
Sejujurnya, tidak ada yang begitu menggoda keimanan ketika membaca novel ini:
Sampai pembaca bertemu Silvy.
Sampai Sersan Ipi bertemu Silvy.
Pengulangan itu saya jadikan kode yang membuat novel tersebut masuk dalam daftar di tulisan ini. Untuk memahami pengulangan di atas, saya tidak akan menjabarkannya di sini. Silakan langsung membacanya. Namun sabarlah hingga azan magrib berkumandang, lalu makan kurma atau apapun yang bisa membatalkan puasa, kemudian salat, dan bacalah.
Demikianlah informasi singkat yang bisa kami berikan. Kembali lagi ke penafian awal, tulisan ini sifatnya hanya mengimbau. Kalau iman Anda sudah berada di tingkat selevel para sufi, yang tak gentar meski ada rokok, makanan, minuman, atau pun tubuh molek idaman Anda di hadapan Anda, maka abaikanlah tulisan ini. Atau kalau Anda sedang berada di warkop siang- hari sambil minum kopi dan merokok kretek, yang berarti Anda sedang tidak berpuasa, maka bacalah.
Kira-kira begitu, Bray. Sampai jumpa di informasi-informasi singkat berikutnya. (*)

M. Nasrullah, penulis novel Balada Supri dan redaktur sutera.id.