Merawat Usia kita pernah meletakkan usia pada dahan-dahan pucuk merah yang kau tanam beberapa tahun silam daun-daun yang kepayahan dan akar-akar yang lelah menampung harapan pada siapa ia minta kehidupan? kau tahu bahwa hidup adalah fragmen kecil dari kehidupan orang-orang yang berlalu lalang dan pohon-pohon yang bersembahyang adalah diorama bagi ingatan tetapi usia masih milik kesepian aku ingat dulu kau bercengkerama di halaman ini bagimu, semuanya tentang waktu dan panggung yang pernah kita pentaskan berubah jadi lakon-lakon patah hati membuat dalang akhirnya tersenyum geli "kita ini manusia, dik. semua habis selepas usia. setelah hidup di kehidupan, kita bersemayam pada ingatan." lalu, bagimu semuanya menemaram (2021)
Penghujung Puisi kau boleh mengabaikan berisik jangkrik yang menuliskan sajak-sajak puisi hingga ternyata pada bagian paling sunyi dari malam terdengar bisikan paling asing yang bahkan tak pernah disinggahi secangkir penantian ingatkah sajak-sajak itu? seakan mengajakmu berkencan dengan masa lalu padahal ia tahu bahwa puisi hanya mekar pada malam dan gerimis kemudian ia menangis lihatlah rembulan tua yang menampakkan misteri tentang siapa saja yang memadu kasih di bawah sayapnya adakah seseorang itu aku yang mengunjungimu dalam malam dan penghujung puisi? (2021)

Anindita Buyung Pribadi, seorang guru yang lahir di Banyumas dan tinggal di Magelang. Beberapa puisinya pernah mampir di sejumlah media dan beberapa antologi puisi bersama.