Empat perempuan di hari libur Etta dan Anjela dan Wawa dan Mega bertemu kaka guru Yesus empat perempuan itu macam kakatua kaka yesus serasa ranting atau dahan kuat dorang hinggap dan berkicau “seandainya kaka dan buku cepat datang, torang pu anak-anak tra lupa huruf” lalu empat perempuan itu hening berdoa lalu yesus menulis surat, titip salam masa depan lalu Ia serahkan sekarton buku sebab bagi-Nya buku ialah rumah tempat anak-anak pulang usai berburu (Bate-2021)
Di Daerah Darurat Militer di daerah darurat militer berdiri kokoh gedung sekolah yang batetangga deng kaka-kaka tentara punya rumah kami punya gedung sekolah macam kubur itu sudah mewah menyimpan tulang belulang dan bagai hujan sesaat guru datang siram anak pohon cemara tumbuh yang kelak rantingnya dihinggapi burung elang bila guru-guru dorang hilang muka huruf-huruf kami lupa ‘P’ kami tulis ‘b’, ‘f’ kami panggil ‘t’ tapi kami terus belajar sebab belajar adalah cara berbahagia untuk senantiasa hidup sebagaimana rumput pada tubuh tanah yang kering dan retak (Bate-2021)
Surat Kepada Bulan bulan, ko pu kabar bagaimana kah? di kampung, sa masih sehat dan tunggu meski tunggu itu sama deng pohon tumbang yang mati duduk dan lapuk apakah babi hutan yang bulan janjikan itu akan datang sebagaimana guru saat ujian? sebulan lagi, kami mo bikin pesta heru dan hari kamis besok, kami mo bikin doa syukuran deng kaka-kaka kelas enam dong lulus semua meski beberapa masih lupa huruf salam khusus dari sa, buat bintang kejora (bate-2021)

Gody Usnaat, penyair yang kini tinggal di Kampung Umuaf-Distrik Web-Kabupaten Keerom-Propinsi Papua. Buku Puisi pertamanya Mama Menganyam Noken. Selain menulis, ia bersama teman-temannya mengasuh rumah Singgah Ostia—tempat anak-anak pedalaman berkumpul dan belajar. Kini ia sedang mempersiapkan buku puisi terbarunya: Bertemu Belalang. Tahun 2021 terpilih sebagai penulis emerging—Ubud Writers and Readers Festival 2021.
Keren puisinya, Pak Guru. Sehat dan sukses selalu dalam berkarya.