Cermin Jelsyah D.

Gawat. Benar-benar masalah besar. Kemarin, seorang kawan mengirimiku pesan, dia bilang dia sudah bosan baca novel, meski sejak dulu dia terbilang pecinta karya fiktif. Dan kupikir wah, bagaimana ini, padahal kerjaanku setelah lulus kuliah hanya nulis. Kalau seperti ini dan terjadi tiap hari maka siapa yang akan baca karyaku atau juga penulis lainnya.

Mempertahankan pembaca mungkin memang hal yang sulit, apalagi menarik minat pembaca baru, tentunya tidak mudah. Tapi aku telah memikirkan cara agar jumlah pembaca tidak berkurang, malah bertambah. Termasuk kau yang mungkin muntah saat disodori bacaan.

“Jadi begini,” kataku dengan suara pelan dan membuatmu mendekatkan telinga. Ini sebenarnya strategi untuk menarik perhatianmu.

Dan kau menarik kepalamu, menyeringai, mengatakan tahu maksudku.

Oh, tentu saja, kau bisa tahu dari membacanya. Itu tujuanku. Dan kau mendengus, merasa ini hal yang membosankan. Tapi aku tidak bisa membiarkanmu pergi, jadi kembali kuminta perhatianmu. “Kauingintahuhalyangluarbiasa?” tanyaku dengan kalimat yang keluar cepat. “Singkat saja,” aku mengedipkan mata saat kau tetap di hadapanku.

“Apa itu?” Kau memasang telinga.

Aku mengerakkkan bibirku, tanpa suara dan kau kembali mencibir. Dan mengataiku telah membuang waktumu.

“Jadi apa yang ingin kau katakan?” tanyamu yang meski berniat pergi, tapi masih meneruskan untuk mencari tahu.

Aku berdehem. “Baiklah.” Kutarik nafas dalam-dalam dan dalam sekali nafas kukeluarkan kalimatku, “Nana nana nanana nana nannana nannan nana.”

Kau sukses mendecakkan lidah. Dan pergi. Tentu saja, aku sedih karena kau sama sekali tidak menyelesaikan membaca cerita ini. Tapi aku menarik sudut bibirku saat kau kembali dan berkata, “okay, sekarang bisa kutahu yang sebenarnya?”

Tapi sebelum kujawab, aku bertanya, “kenapa kau kembali?”

“Karena kupikir ini akan segera berakhir,” jawabmu mengingat judul cerita ini.

Aku tersenyum. “Tentu saja,” kataku yang tidak ingin membuat warna matamu menghilang. Jadi, “nana nanan nana na nana,” wajahku penuh keyakinan, telah memberitahu hal yang ada di otakku.

Dan kau menganga. “Cerita apa ini? Apa semua bacaan seperti ini? Tidak masuk akal,” katamu dan pergi.

Aku tertawa kecil. Tak masalah. Aku yakin dia akan mencari cerita lain dan mulai membandingkan cerita yang kau baca ini. Tentu saja, begitulah awal mula seseorang yang mulai mencintai dunia bacaan, karena penasaran, termasuk dia juga nanti.

Baiklah, kurasa cukup. Ah, tidak-tidak-tidak, bagaimana ini? Bagaimana kalau dia tidak akan kembali lagi untuk membaca karyaku. Atau yang terburuk dia akan mengira semua bacaan singkat dan tak punya makna.

Gawat. Benar-benar masalah besar. Hari ini, sepertinya hanya kau yang membaca hari ini dan pembaca belum bertambah.


Jelsyah D., penulis tinggal di Siwa, Sulawesi Selatan.