Perempuan di Pantai Beringin pada ombak, ia biarkan tubuhnya terhantam dan gugur di atas pasir dari matanya terlihat senja berselendang bayangan di dasar laut lelaki berduyun menuju mimpi pelukan seribu malam bersama perempuan yang masih gugur dan menjadi syair di setiap angan ombak berderu memecahkan hening ranting-ranting setiap ketenangan air laut yang membelah kota kasmaran lalu, daun-daun berguguran mengantarkan syair bisu kembali ombak menghantam tubuh sampai ke jantung dan rahim kata-kata keluar dari mulutmu berkeliaran di sepanjang jalan desa yang sepi dari suara lalu, setelah sampai pada malam perempuan itu pergi ke jantung kota ia mencari cahaya lampu-lampu yang terdampar tanpa pemuja kedua matanya menghilangkan senja setelah doa merintih pada keindahan Bekasi, 17 Juni 2020
Angin Desa pada pagi aku bertanya, apakah di kota ada angin? saat tubuh menjadi perbincangan setelah lama berteduh di atap desa aku terlalu betah setiap doa tertinggal seperti batu, menancap di tubuhku dan aku, hanya menikmati angin-angin desa yang utuh tanpa asap entah, adakah perantauan ke kota setelah 'ku bertanya, adakah angin di kota? Bekasi, 19 Juni 2020

LY. Misnoto, seorang perantau yang lahir di Pulau Giliraja, Giligenting, Sumenep, Madura. Menulis ketika aktif di Sanggar Aksara dan Forum Intelektual Santri (FITRI) di PP. Nurul Islam, Karangcempaka, Bluto, Sumenep. Karyanya tersebar ke beberapa media cetak dan daring.