Tukang Tenung


Adalah tukang tenung
Binatang, kartu-kartu dan garis tangan, kaki yang lain
Ia melahap hujan
Beserta sumur
mengubur segala dendam
 
Tak sekadar menjadi tungku
Melawat di setiap hangatnya
bara
 
Mata coklat terang teduh
Gigi sunggil membuatku gigil
memeluk malam
dan merah pipimu yang kamis
dengan jumat putih inginku katakan bahwa angin telah buta untuk melihat apapun.
 
"Duhai, puan para anjing!"
 
"Dimanakah letak surga itu?"
Ia berada pada tukang tenun
menyulam doa di setiap rajut-rajut benang merah
dan benang putih sebagai pembatasnya
Antara cinta dan dinding-dinding rumahmu
tanpa pintu dan jendela
 
Yogyakarta, 2020

Menunggu Hari Selesai


Ia mengubur namanya,
Ganjil terik matahari membisukannya pada surau burung itu.
 
Isyarat-isyarat buta, menenggelamkan tubuh asing pada kolam matamu.
Kita hanya awan yang kehilangan mendung dan sinar matahari.
 
Menunggu hari selesai,
Tiada lagi yang kuharapkan di sini selain doa dan cinta.
Jantung mulai berdebar tak karuan, ia melihatku separuh mata dan separuh nafas.
 
Tak ada bukti jika cinta tak lagi bersamaku,
Hanya seutas kunang-kunang dan goresan rembulan
Yang menjamah seluruh malammu
 
Tegal-Yogyakarta, 2020

Syamsul bahri, lahir di Subang 12 Juli 1995. Sekarang tinggal di Yogyakarta. Sajak-sajaknya pernah tersiar di berbegai platform media daring dan luring. Buku tunggalnya adalah Dandelion untuk Nala! (G Pustaka, 2020)