Ali Ibnu Anwar

Bagaimana Afrizal Malna bermain dengan data yang hadir dan ia ketahui pada masa sekarang, dapat ia digunakan untuk menjelaskan suatu pengetahuan di masa lalu, agar keberadaannya di masa kini menjadi sebuah ada yang bermakna?

Boleh jadi, seorang yang lahir pada masa teknologi melaju cepat, lebih mudah menemukan data-data kelahiran dan segenap peristiwa yang mengiringinya. Apalagi kehadiran sosial media disertai lonceng pengingat kenangan. Kondisi ini sangat membantu seseorang melacak lebih dekat identitasnya secara biografis. Namun, bagaimana seorang Afrizal, yang lahir pada awal dekade kedua kemerdekaan, mampu mengintegrasikan data-data yang harus ia himpun dengan rumit untuk menemukan mata rantai ribuan peristiwa yang tumpang tindih itu?

Di tangan Afrizal Malna, data-data “liar” itu menjadi “jinak” dan hidup. Melalui kumpulan puisi Prometheus Pinball, Afrizal mencoba menggali data melalui arsip-arsip, yang ia pernah atau (bahkan) tak pernah terlibat langsung dalam peristiwa yang ia hadirkan sebagai arsip. Buku ini merupakan upaya Afrizal mempertemukan ingatan-ingatan secara biografis, agar paralel dengan peristiwa-peristiwa yang berasal dari luar dirinya. Peristiwa-peristiwa yang membuatnya terpesona, sehingga menjadi penting untuk menghadirkan kembali narasi peristiwa tersebut dalam bentuk puisi.

Secara periodik, Afrizal Malna membagi buku ini dalam lima bagian garis waktu. Masing-masing garis waktu tersebut, memiliki rentang waktu sepuluh tahun. Titik garis waktu, berawal dari tahun kelahirannya, 1957: 57: dna waktu, 67: 1 proposal daging mentah, 67: 2 proyek meninggalkan masa depan, 1977: institute budaya pop, 87: indeks rehabilitasi ingatan, dan berakhir 1997: jurnalisme tubuh mutan.

Melalui buku Prometheus Pinball, sebenarnya Afrizal melakukan perjalanan lintas waktu, keluar masuk di antara arsip, ingatan dan peristiwa. Namun sayangnya, ia tak ingin menempuh perjalanan itu seorang diri. Buku ini berusaha menarik pembaca untuk turut serta bertamasya ke dalam buku. Menawarkan ajakan melalui sebuah peristiwa yang dinilai memiliki daya pesona, melalui jendela terbuka yang ia gagas berdasarkan pandangannya. Mari kita simak narasi puitik berikut:

tahun 1957, terusan zeus dibuka. jalur gaza – kota-kota suci yang menderita. backett mementaskan endgame di london. jeritan bekas perang dan bom atom, seperti kunci rumah yang hilang dalam teriakan kemerdekaan.

….

hari itu tahun 1957, dan hari itu malaysia merdeka. gerakan anti-amerika di taipei, seperti petasan pada perayaan imlek. elizabet kingsley, pencipta teka-teki silang meninggal dan aku, lahir dalam bau gado-gado jakarta.

….

(mengosongkan teka-teki silang, hal.26-28)

Narasi puitik di atas, sarat akan peristiwa yang hadir secara acak. Saling silang. Peristiwa kedisinian dan kedisanaan, mendapatkan titik temu, dapat ditarik sebuah garis acak antartitik peristiwa itu. Artinya, tahun 1957, bukan hanya penanda peristiwa besar kelahirannya. Ada peristiwa lain di tempat lain, yang akan selalu diingat, karena melibatkan banyak manusia.

Dalam pengantar buku ini, Afrizal mengakui, modus kerja yang ia gunakan adalah dengan membingkai peristiwa-peristiwa penting, menjadi sebuah kolase. Sebenarnya, modus kerja tersebut lebih mudah dikerjakan dalam persiapan pameran seni rupa. Sebab, objeknya dapat dihadirkan secara visual. Sementara Afrizal, mencoba melumerkan batasan teks dan bukan teks tersebut, dengan membuat pameran visual, melalui perantara “bahasa bergambar”.

Selain menghadirkan teks-teks puisi narasi, Afrizal juga menghadirkan foto dan gambar pendukung peristiwa. Misalnya foto mural Prometheus telanjang di sebuah kantin kampus seni liberal pertama, di Claremont, sampul buku era kolonial, Bioskop Rex pada masa Hindia Belanda, kalender, pamplet, bungkus kemasan produk, dan sebagainya, untuk menebalkan ingatan terhadap peristiwa-peristiwa terkait.

Dalam buku berlin proposal, Afrizal berhasil melakukan eksperimen puisi dengan meminjam bahasa yang berada jauh dari luar tubuhnya. Dalam buku buka pintu kiri, Afrizal menghadirkan sebuah eksperimen bahasa untuk melumerkan batasan puisi dan prosa yang hadir bersamaan dalam bentuk kumpulan puisi. Sementara dalam Promotheus Pinball, ia mencoba membangun provokasi integral, melalui indeks biografi, ingatan kelam, arsip buram dan merespon peristiwa-peristiwa yang sengaja dihapus dilupakan.

Menarik! Menarik!


Ali Ibnu Anwar, penulis, editor dan petani. Kumpulan puisi terbarunya, Orde Batu (Buku Inti: 2020)