kelu pada sebuah titik nadir kehidupan kesempitan menyerbu jantung udara menikung menyentuh guguran kaca bau kematian terbaring di seberang jalan oh, akar-akar yang tercerabut jerit tangis kehilangan di mana-mana —melarutkan kesedihan yang tak bisa ditutupi teramat kelu dirasakan bagi dunia maut yang indah segalanya melayang rebah Indramayu, 2020
benua baru seperti tiba di benua baru langkah menepi kepada kesunyian mesin dimatikan kota-kota tanpa lelampu kengerian baru saja dibunyikan lonceng tua menepuk ekor burung malam dan maut pada hari-hari yang asing kita menjadi lebah yang mengitari kamar duka, tanpa mawar akan lama, selama kabut belum hilang Indramayu, 2020

Faris Al Faisal lahir dan berdikari d(ar)i Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Komite Sastra, Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Lembaga Kebudayaan Indramayu (LKI). Email ffarisalffaisal@gmail.com, Facebook www.facebook.com/faris.alfaisal.3, Twitter @lfaisal_faris, IG @ffarisalffaisal, dan SMS/WA 0811-2007-934