Puisi Iqbal Al-Fardi

Di kura-kura kacamata ini tak butuh mata. Ia hancur bersama sisa puntung rokok yang baru saja kembali dari celana dalam yang bolong. Bulu halusnya runcing menembus air bening. Sungguh tertata. Lereng di pundaknya terlalu landai untuk digusur. Matanya tak bergerbang, perlu diculik oleh sebuah kunci.

Ia manja. Menggoreng dirinya sendiri atau melilit kabel-kabel listrik yang terhubung ke pada perhentian yang hendak beranjak.

Ribuan surat undangan. Dicetak. Tersungkur di tepian bendera putih. Hanya satu yang hendak mampir. Tersesat di burung Dara jantan.

Iqbal Al-Fardi, pegiat seni dan mahasiswa Universitas Negeri Jember